Rakutak, 4-5
Januari 2016
Entah kenapa
pendakian kali ini rasanya berat,berat
aja,seakan kaki enggan untuk melangkah,tapi karena kita udah setuju kalo
acara GO UP Wanarana kali ini di adakan besok ,mau gak mau akhirnya baru jam
delapan malam baru deh aku prepare
buat perlengkapan pendakian. Mungkin hari itu pikiranku terbelah banyak ,ya
mikirin kerjaan, keluarga dan lain sebagainya, atau mungkin aku sebelumnya terlalu banyak ngeliat blog yang isinya mistis
semua tentang gunung ini, tapi kalo dipikirin doang gak bisa jadi apa apa,yang
ada kita nya yang harus mencoba.
Setelah mandi dan sholat
subuh yang adalah berdoa untuk
diberikan kekuatan dan keselamatan buat acara pendakian kali
ini, setelahnya langsung ke sekolah buat ngecek
seluruh team dan memastikan in gak ada peralatan yang ketinggalan. Walaupun
telat setengah jam dari jadwal semula,akhirnya jam enam pagi kita berangkat
dari sekolah, oya hari ini ranselku kok terasa berat ya (mungkin aku terlalu prepare,
sehingga segala macem barang dibawa semua,tapi itulah aku,lebih baik prepare
banget daripada harus menderita di atas gunung yang notabene aku cuma tau dari blog dan video yang aku download di
youtube). Dari depan sekolah alhamdulillah langsung dapat angkot, senengnya
lagi si angkot mau nganterin kita langsung ke Ciparay, karena waktu itu hari
senin yang pastinya kita hanya terjebak kemacetan dan pemandangan yang terlihat adalah segala kesemerawutan
jalan dan bikin ilfill dan alhasil baru nyampe terminal ciparay jam delapan an.
Sebenernya dari blog-blog yang sudah aku baca kalo dari terminal ciparay mereka
bilang tinggal naik angkutan yang gak ada nomernya, gak ada bacaan trayeknya,
dan angkotnya berwarna kuning, okay warna kuning ya, dengan pede nya pun kita
naik, baru nyadar pas di atas angkot ternyata angkutan disitu warna kuning
semua, dan ditambah ternyata si sopir gak tau letak desa sukarame dan bahkan
gak tau tentang gunung rakutak itu dimana?, alhasil selama di angkot yang ada bukan menikmati jalan, tapi bingung harus ngapain hehehe. Dan
akhirnya kita pun terdampar di terminal Majalaya, sambil istirahat kita
sempatkan buat makan batagor di depan masjid Majalaya, oya disini kita
kedatangan tamu, se ekor belalang sembah yang tiba tiba nemplok di mulut salah
satu anggota team (semoga jadi pertanda baik hahaha). Akhirnya aku putuskan
buat nelpon pos pendakian, ”Hallo dengan pos pendakian rakutak”?, ”oh maaf
salah sambung”, ya elahhh, untungnya ada nomer satu lagi yang bisa dihubungi, namanya
kang Ridho, bahkan beliau mau ngejemput kita
di Majalaya, Alhamdulillah lega rasanya. Setelah kang Ridho datang
otomatis kita dicariin dan di nego in angkot (makasih ya kang :D). Ternyata
dari terminal Majalaya plus karena kita mesti balik arah lagi otomatis
perjalanan jadi lama lagi donk, sekitar 45 menitan baru deh nyampe yang namanya
desa Sukarame (tapi disini penulis gak setuju,kayaknya nama yang cocok adalah
Sukapusing:D). Nyampe Himpala Tapak Rakutak sekitar jam sepuluh an, disitu lagi banyak banget anggota Himpala
rakutak yang sedang ngumpul,maklumlah karena 3 hari sebelumnya mereka baru
beres mengadakan event penghijauan, yap mereka menanam seribu bibit pohon di
puncak Rakutak (keren banget ). Setelah bayar administrasi seadanya,ngisi ngisi data pendaki, dan diberikan tentang
alur tracknya kita pun diberi sticker, peta, piagam, bibit pohon dan di anter
sama salah satu anggota sampai pinggir desa,waktu itu sudah sekitar jam 10.30,
udah terlalu siang , sangat melenceng dari jadwal yang sudah kita tentukan.
Baru sepuluh menit jalan kok
rasanya lemas ya,mungkin karena tanahnya basah dan mulai menanjak,diputuskan
lah untuk break di sebuah kandang sapi
milik warga, sambil nge repack dan
sarapan pagi. Perjalanan ke pos satu ini masih terbilang banyak bonusnya, ladang
penduduk, aliran sungai, kebun bambu dan ladang kopi (iya ladang kopi, bukan
teh, tapi seneng juga bisa liat kebun kopi yang luas) tapi sayang selama
perjalanan kita diberikan cuaca yang tidak bersahabat, gerimis sepanjang hari, bahkan dari
bawah puncak gunungnya pun tidak terlihat karena tertutup kabut. Sekitar jam 13.30 an kita break lagi di tengah ladang kopi buat sholat dzuhur, membuat mie
instan dan membuka bekal makanan di
tengah ladang ditemani gerimis membuat perut sedikit terasa terisi kembali
dengan energi. Baru sekitar 30 menit dari break
pertama kita langsung di sajikan tanjakan
yang kurang lebih panjangnya cuma sekitar 30 meter an, tapi kemiringannya itu
lho yang akan membuat orang ngomel
ngomel dan pengen pulang lagi ke Bandung
ha ha ha, iya, tanjakan sadis tanah
gembur yang licin dan di kiri kanan nya
tidak dikasih pegangan sama sekali. Setelah
30 menit berjuang sampailah kita di atas dan langsung dikasih kado pos satu ini,di
situ terdapat sebuah saung kecil dan saluran air, tapi point pentingnya dari pos satu ini kita udah bisa pemandangan
yang super keren, kota Ciparay terlihat sangat kecil diantara jajaran
pegunungan Bandung selatan, langit yang temaram dan kabut putih tipis menjadi
pelengkap pemandangan sore itu, walaupun belum sampai puncak tapi rasanya kita
sudah bahagia saat itu bahkan seakan kita gak mau ninggalin pos satu ini, awan awan kecil yang “terbang” di sekitar kita membuat hati setiap
orang serasa melayang seakan di nirwana.
Setelah berdiskusi sebentar dan
ngambil voting karena salah satu anggota team lagi sakit akhirnya kita tetap
dengan target kita untuk ngecamp di puncak dua (walaupun dalam hati dipenuhi oleh
sejuta tanya, ”dimana puncak dua nya?, berapa
lama?, puncak dua nya aja gak keliatan? khasanah sanggup gak ya,kan lagi sakit?),
bismillah aja deh,perjalanan dilanjutkan. Awalnya track perjalanan sih masih bisa di bilang setandar, jalan setapak single track di antara tanaman hutan, tapi
mendadak semuanya diam, kita lagi lagi diberi surprise,di depan ada tanjakan super sadis dengan kemiringan yang
entah berapa derajat (ya eyalah, kita
kan gak mungkin bawa bawa busur derajat ke gunung, lagian kan ini acara hiking
bukan les matematika), dari sini semuanya di mulai, menjaga
keseimbangan,menahan berat tas carierr, mencari pijakan, berpegangan pada akar
pohon, cara apapun semuanya dilakukan untuk mencapai puncak. Alam memang mengajarkan
kita bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu memang tidak gampang, membutuhkan perjuangan
keras dan mental yang kuat untuk bertahan dari segala macam keadaan. Kaki dan
pundak bisa lelah, tapi hati tidak, kalimat
“puncak” sudah menjadi harga mati, selesaikan target hari ini atau kita akan
semakin melenceng dan ngecamp ditengah hutan gelap yang “geje”ini, memoriku
sedikit flashback waktu naik ketika pendakian ke gunung Manglayang, jam 12 malem, gelap, gerimis
dan memaksa kita harus ngecamp ditengah jalan, enggak ,aku tidak mau terulang lagi,
kita harus melawan kelelahan kita, memotivasi diri, dan ngepress kemampuan kita sampai
benar benar pada batasnya.
Setelah tiga jam- an, aku liat
anak anak sedang pada istirahat, aku pikir ini puncak dua nya, tapi ternyata tidak, kita ternyata baru
sampai yang bernama Tegal Alun alias pos
bayangan sebelum puncak dua, rasa lelah,
kesal, penasaran menjadi satu (“mana puncak II nya?”). Tegal Alun hanya sebuah
tempat ngecamp yang cuma bisa menampung sekitar
enam tenda , dikelilingi pohon besar dan berkabut pula, gak enak banget
suasananya (lagi lagi teringat beberapa tulisan di blog yang nyeritain beberapa
kejadian mistis Tegal Alun ini). Waktu itu udah jam setengah enam sore, jadwal
udah berantakan, kondisnya sudah lelah semuanya, tapi kalo ngecamp di sini kita
pun gak tau apa yang terjadi, tapi logikanya benar benar gak ada yang bisa
dilihat dari camp Tegal Alun ini. Alhamdulillah nya ada sms dari Himpala Rakutak, mereka nanyain
kita sudah samapai dimana, dan senangnya mereka ngasih tau kalau dari Tegal
Alun ke puncak dua waktunya sekitar tiga puluh menit an, entah benar apa tidaknya tapi
kalimat “tiga puluh menit- an” itu seperti pemantik api yang bisa menyemangati
kita biar bisa melanjutkan perjalanan
lagi. Tapi lagi lagi ternyata didepan sudah menanti lagi sebuah tanjakan sadis
lagi,fiuhh,”bisa,bisa,bisa!!”kalimat itu yang harus ada di kepala ku, tapi
ternyata sore itu alam juga memberikan semangat , awan jingga berada di batas cakrawala, cahaya
temaram senja terlihat diantara
rimbunnya pepohonan, hening, sepi tapi membuat semangat kita berlipat ganda
untuk menuju puncak di atas sana.
Tepat ketika magrib
alhamdulillah kita sampai di pos dua, adzan pun dikumandangkan di sana,rasa
lelah dan penasaran pun terbayarkan sudah. Pemandangan di puncak dua ini sangat
menawan,di sebelah kanan terlihat jembatan sirathalmustaqim dan Puncak Utama
Rakutak, di sebelah kiri terlihat siluet gunung Galungung gagah berdiri ,di depan
terlihat kota Ciparay semakin kecil
tersembunyi di antara awan kelabu,dan di belakang terlihat asap tipis menjulang
dari kawah kamojang dan juga terlihat gunung Cikuray, gunung yang menjadi imaji
dan mungkin suatu saat akan kita daki. Malam itu tak banyak aktivitas yang
dilakukan, mungkin rasa lelah dan pegal yang membuat kami ingin segera segera
merebahkan tubuh kami di dalam tenda. Tapi sebelumnya kami sempatkan buat masak
makan malam, mie instan dan juga jahe manis panas jadi menu malam ini, minuman ini
entah sudah beberapa kali aku bawa
ketika mendaki gunung, manis nya menambah tenaga dan jahenya mampu
menghilangkan dingin malam dan masuk angin. Tapi disela sela tidurku aku
sempatkan untuk menyempatkan melihat
keluar, kurang lebih jam sepuluh an,tiba
tiba awan menghilang dan menggantikannya
dengan ribuan lampu lampu kecil yang terhampar bagai permadani,sang bintang pun
akhirnya menemani kita malam itu,cahaya lembutnya membuat kita selalu terlena,dan imaji pun menggeliat
melintas batas entah kemana,cause youre
sky cause youre sky full of stars,im gonna give you my heart….
Setelah sholat subhuh,walaupun
badan masih terasa pegal kuputuskan untuk memulai ‘ritual”ku setiap pagi,kopi
hitam dan rokok akhirnya lagi lagi menemaniku pagi itu dan aku sangat menikmati moment moment seperti
ini, larut dalam kesendirian. Masih ada tersisa beberapa bintang di ufuk sana sebelum
sang surya menggantikannya di timur, langit pun kembali menyajikan warna
favoritku, orange jingga kemerahan yang bertransformasi menjadi biru, dan
setiap perubahan warnanya begitu mempesona dan membuatku enggan untuk beranjak.
Pagi itu kita pun sarapan dengan sangat mewah, mie instan, telur, sosis, nugget
kita masak semuanya karena kita setuju
bahwa hari ini kita langsung pulang dan gak berniat untuk extend satu malam
lagi di danau Ciharus. Setelahnya kita prepare
lagi buat perjalanan pulang.Banyak yang bilang bahwa naik gunung adalah aktivitas yang kurang
kerjaan, bawa bawa carier berat, liat bintang di puncak,selfie dengan sunrise lalu
pulang lagi, tapi bukan itu point pentingnya,
bagiku setiap perjalanan merupakan suatu bentuk metamorphosa dari hati melalui
kaki dan akhirnya dari ribuan langkah kaki itu akan terhenti pada satu tempat
dimana kita akan senantiasa mensyukuri dan menghargai ribuan jejak jejak langkah yang tertinggal
jauh disana.
Puncak utama rakutak sudah di
depan mata,untuk menuju kesana orang bilang harus melewati jembatan shirathal
mustaqim, jalan kecil setapak selebar satu meter yang kanan kirinya adalah jurang,
sebelum melangkah ke sana aku coba untuk menganalisa tingkat kesulitannya, dan
tentunya berdoa agar semuanya diberikan keselamatan untuk melaluinya. Lumayan
juga melewatinya, butuh konsentrasi
tinggi buat nyari pijakan kaki,intinya adalah tetap fokus dan gak liat
kebelakang (soalnya kalo liat ke belakang kita pasti pengen pulang lagi he he
he), lumayan menguji andreanalin juga, tapi ya bikin kesal juga karena setelahnya
kita menemukan banyak puncak, plang Puncak Rakutak, setelahnya ada plang Top Rakutak,lalu
ada bacaan Puncak Utama Rakutak, jadi semuanyanya kan bertanya tanya “dimanakah
puncak tertinggi Rakutak”?. Aku sendiri sudah
tidak perduli lagi dimana puncak
tertingginya , karena yang aku pikirin adalah kapan perjalanan ini akan
berakhir?. Akhirnya kita berada di akhir punggungan gunung, sejenak beristirahat
sambil ngeliat danau Ciharus dari ketinggian ,menurut peta yang di beri di
basecamp Himpala kita harus nyampe aliran sungai yang hulu nya terdapat di danu
ciharus,dan aku gak tau berapa lama dan berapa jauh untuk sampai aliran sungai
itu. Setelahnya yang ada adalah turunan turunan tajam yang membuat kita terpeleset dan jatuh, apalagi
selama perjalanan kita ditambah dengan
hujan yang sangat deras dan jarak pandang yang terbatas, aku selalu mencoba
untuk tetap fokus biar ga melenceng dari navigasi. Akhirnya setelah 4 jam an
perjalanan turun akhirnya kita sampai di akhir turunan, hari sudah semakin
sore, hujan tak juga reda, lelah dan kedinginan sudah mulai melanda, kuputuskan
untuk membuat shelter sementara,untungnya masih tersisa gula, sedikit jahe dan
energen dan dimasak dengan air hujan yang di tampung memakai panci, lumayan
juga menghangatkan dari pada terkena hipothermia dan lagi hari itu kita belum
makan siang. Perjalanan pun dilanjutkan, tak jauh dari situ akhirnya nya kita
pun menemukan aliran sungai, tapi ternyata tidak sesuai dengan apa yang asa di peta,
peta yang basah aku buka kembali, benar kok
gak ada yang melenceng, aku coba untuk tetap fokus dan mengingat kembali , masih terngiang ketika dijelasin tracknya
di Himpala Rakutak “akang nanti ketemu aliran sungai, ambil jalan ke kanan, ngelawan
arus sungai, nanti ketemu danau Ciharus”, aliran sungai nya sih ketemu tapi
kalo aku mengambil jalan ke kanan, arus sungai ini mengarah ke kanan, dan kita mengikuti
arus bukan ngelawan arus, kan hulu sungai nya adalah danau Ciharus, aku coba untuk tetap
tenang, mungkin di depan ada sungai lagi, benar sih di depan ada sungai lagi
tapi sungai itu adalah sungai yang tadi
kita lewati, sungai itu melingkar dan memutari track kita, panik pun melanda, apa ada yang aku lewatkan dengan
sungai tadi, papan penunjuk, potongan tali rafia penanda?. Aku putuskan untuk
kembali mundur lagi ke sungai yang tadi
ditemani oleh salah satu anggota team, di situ tubuh sudah mulai tidak kompromi
untuk berlari, kedinginan pikirku. Sampai sungai lagi, bener kok gak ada
penanda apa apa, coba untuk ngambil jalan ke kiri dan melawan arus tapi baru
beberapa langkah semakin ke dalam sungai jalurnya semakin tidak bersahabat
seakan belum pernah ada orang yang lewat situ, apalagi waktu membaca blog bahwa
jalur sungai tersebut familiar, penduduk setempat selalu melalui jalur tersebut
untuk menuju danau Ciharus, seharusnya ada
jalan setapak atau minimal jejak jejak langkah, tapi ini enggak, lalu pa
yang salah. Aku coba untuk tenang, memejamkan mata dan berdoa untuk dimudahkan
dan membuatku tepat dalam mengambil keputusan, tanpa terasa semua team
ternyata sudah berkumpul di hadapanku, wajah
wajah lelah, kedinginan, dan penuh pertanyaan tersaji di depanku, sejenak
kupandangi mereka, saatnya mengambil keputusan, tetap dengan tujuan danau Ciharus
dengan resiko mencari aliran sungai yang
lain, melawan arus dan itu pun aku gak tau sampai jam berapa untuk sampai danau
Ciharus, atau maju lagi ke sungai yang di depan dan mengikuti arus nya yang
entah kemana?, dua dua nya beresiko, hari semakin sore, awan mendung masih
menggantung, dan hujan rintik pun tak juga berkesudahan. Bismillah aku mengambil
pilihan kedua, kembali lagi jalan ke depan, bertemu sungai dan ikuti arusnya, karena
pastinya setiap sungai pasti akan menjadi sarana penghidupan dan juga sumber irigasi penduduk,perkara danau Ciharus kita bisa kembali lagi suatu saat nanti, toh
kita sudah sampai puncak dan bagiku keselamatan seluruh anggota team adalah
tanggung jawabku penuh. Alhamdulillah setelah tiga puluh menit deg deg an
menerka jalan di antara gerimis, kabut
dan jarak pandang yang terbatas, tapi akhirnya ada yang membuat ku gembira,iya
,aku menemukan ladang brokoli, dan kalo sudah bertemu ladang, tentunya akan
bertemu petani, dan kalo ada pak tani tentunya pasti ada perkampungan. Aku
menemukan jejak langkah sepatu dan ban motor dan aku semakin yakin kalo jalan
ini menuju perkampungan, dan benar saja akhirnya aku bertemu dengan orang yang
baru pulang dari berladang, mereka bilang bahwa perkampungan masih lama dan
jauh di bawah sana, saat itu aku berpikir bahwa waktu dan jarak bukan hal yang
penting lagi, kalaupun kita kemaleman yang penting kita bisa tidur di rumah
penduduk. Benar saja, sekitar ashar baru kita sampai perkampungan terdekat
tadi, kalo di estimasi sejak awal pemberangkatan , kita telah menghabiskan waktu
sekitar tujuh jam-an untuk perjalanan pualang ini, luar biasa. Setelah sampai perkampungan dan bertanya tanya ternyata kota yang paling
dekat adalah Majalaya, kalo berjalan kaki sekitar dua jam an, gak mungkin
pikirku, kita gak akan bisa jalan lagi sekuat itu,bagaimana solusi nya, aku
liat ada sebuah pick up terparkir di garasi, setelah nego nego sedikit dan
akhirnya deal harga akhirnya kita menyewa pick up itu ke Majalaya,
walaupun dengan pakaian yang berlumpur, kehujanan tapi akhirnya kita bisa duduk
manis di pickup , gak lupa sepanjang perjalanan selama di pickup kita selalu bercanda
dan tertawa,mungkin karena gembiranya kita bisa keluar dari gelapnya rimba
dan bertemu dengan peradaban kembali he
he. Sampai di Majalaya kita pun naik angkot menuju Cileunyi, syukurnya lagi
setelah di nego nego ternyata sopirnya mau nganterin kita langsung ke sekolah, lagi
lagi perjalanan ini dipermudah, alhamdulillah Ya Allah.Rakutak,gunung 1922 MDPL
yang bikin panik,ngegemesin tapi ngangenin,insyaAllah we’ll be back again….
break pertama di kandang sapi setelah pinggir perkampungan
beberapa kali menyeberangi sungai
diberi suprise tanjakan "sopan" sebelum POS I,mantabs
berjalan meninggalkan POS I
tanjakan sadis menuju puncak
dikira sampai Puncak II,ternyata hanya sampai Tegal Alun(sementara tenaga sudah terkuras habis)
diberi sunset setelah Pos Tegal Alun yang memberikan kita semangat untuk melanjutkan ke Puncak II
di Puncak II
dibelakang view "jembatan sirhatal mustaqim" yang harus kita lewati untuk sampai Puncak Utama Rakutak
view kawah kamojang dan gunung Cikuray Garut yang di ambil dari Puncak II
"jembatan shiratal mustaqim",bismillah...
TOP RAKUTAK
bertemu plang "Top Rakutak" lagi (jadi puncak yang tertingginya ga tau yang mana hehehe)
selfi dikit boleh yaaa :D
Danau Ciharus dari kejauhan
foto yang di ambil beberapa menit sebelum akhirnya menemukan perkampungan penduduk
foto ketika di puncak II
best moment on januart 2016 yuhuuuu
BalasHapus